Menkeu Purbaya ‘Paksa’ Bank Himbara Salurkan Kredit Rp 200 T, Jangan Cuma Numpang Tidur!

147

Jakarta, Ngabarin.com – Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa, langsung main gas. Dia meminta perbankan, khususnya bank-bank Himbara (BCA, Mandiri, BNI, BRI), untuk segera menyalurkan kredit setelah dapat injeksi dana segar Rp 200 triliun dari pemerintah.

“Duit Ngendap? Rugi Lu!” Pesan Tegas Menkeu

Di gedung DPR, Kamis (11/9), Purbaya ngomong blak-blakan. Dia bilang, duit segitu banyaknya kalo cuma numpang lewat di bank, malah bikin rugi karena ada cost of capital-nya.

“Ketika bank-bank itu punya uang lebih, ada cost of capital-nya kan? Kalau ditaruh di brangkas, rugi dia. Misalnya enggak bisa dibeli lagi (SBN) ya rugi dia,” tegas Purbaya dengan gaya bahasanya yang santai tapi tegas.

Strateginya: Paksa Bank Cari Proyek!

Dana Rp 200 T ini bukan hadiah, tapi bahan bakar. Purbaya pengen bank-bank itu keluar dari comfort zone dan lebih agresif nyari proyek dan sektor potensial buat dibiayai.

“Jadi yang kita paksa adalah diberi bahan bakar supaya market mechanism berjalan, sehingga mereka terpaksa menyalurkan… Yang biasanya santai-santai, terpaksa berpikir lebih keras,” ujarnya.

Purbaya yakin banget langkah ini bakal memutar roda ekonomi lebih cepat. “Dengan cara itu hampir pasti uang akan nyebar di sistem perekonomian, ekonomi akan tumbuh lebih cepat, kredit pasti akan tumbuh lebih cepat.”

Tapi… Ada Peringatan dari Ekonom!

Senior Economist LPPI, Ryan Kiryanto, ngasih warning. Kata dia, kucuran dana Rp 200 T bisa SIA-SIA kalau permintaan kredit dari dunia usaha masih lemah.

“Selama dunia usaha belum bergairah dan masih wait and see akibat ketidakpastian, tambahan likuiditas di bank juga akan kembali mengendap. Ujungnya dana itu bisa balik lagi ke BI… Jadi mutar-mutar saja,” jelas Ryan.

Kunci Sebenarnya: Gairah Dunia Usaha!

Ryan nerangin, akar masalahnya bukan di duitnya, tapi di iklim usaha. Dunia usaha butuh kepastian politik, sosial yang stabil, dan birokrasi yang efisien baru berani ekspansi dan minjam kredit.

“Kalau iklimnya kondusif, permintaan kredit naik, barulah penarikan dana Rp 200 triliun itu punya arti. Jadi bukan sekedar soal uangnya ada atau tidak. Tapi bagaimana membuat pengusaha percaya diri untuk bergerak,” tegasnya.

Ryan juga mendorong pemerintah buat percepat penyerapan anggaran di kementerian/lembaga. Biar duitnya nyemplung ke ekonomi riil, bukan mangkrak di BI.

Jadi, gimana kelanjutannya? Semua sekarang lihat, apakah strategi Menkeu Purbaya bakal memacu kredit dan ekonomi, atau malah berputar-putar di sistem perbankan aja. Stay tuned!