Ngabarin.com — Sejak Meta buka keran monetisasi, Facebook berubah drastis. Feed yang dulu berisi status galau, meme receh, atau link berita, sekarang dibanjiri konten-konten video emak-emak yang muncul seperti jamur setelah hujan — banyak, cepat, dan nggak semuanya sedap dilihat.
Yes, mereka hadir dari kalangan ibu-ibu rumah tangga yang dulunya mungkin cuma pakai Facebook buat jualan daster atau update status soal anaknya, tapi sekarang berubah jadi “konten kreator digital”. Tapi sayangnya, lebih banyak yang ngejar cuan dolar daripada mikirin isi kontennya.
Tag Massal, Sorotan Brutal, dan Video Random
Salah satu yang paling ngeselin adalah kebiasaan mereka ngetag semua orang di daftar teman, kadang bahkan lewat fitur sorotan otomatis. Bayangin lagi scroll santai, eh muncul notifikasi “Kak, kamu ditandai di video” — padahal itu video goreng tempe. 😮💨
Lalu soal konten, mayoritas isinya adalah “a day in my life versi emak-emak” — dari bangun tidur, nyapu, bikin kopi, sampai nyuapin ayam. Nggak ada masalah sih sebenernya, kalau masih ada nilai hiburannya. Tapi seringnya? Random banget dan zero value selain buat nambah jam tayang biar cepet dolaran.
Kreator atau Penumpang Tren?
Fenomena ini bikin kita bertanya: apa arti jadi konten kreator sebenarnya? Apakah cukup dengan upload video setiap hari, asal ada yang nonton dan iklan tayang? Atau harusnya juga punya misi, bahkan kalau kecil, untuk memberi makna dan manfaat?
Konten “keseharian” tentu punya tempat, tapi kalau semua tentang ngelap meja dan goreng tahu, lama-lama algoritma pun bingung. Belum lagi risiko privasi: ngerekam rumah secara detail, nunjukin lokasi, bahkan wajah anak-anak — yang bisa jadi sasaran empuk oknum tak bertanggung jawab.
“Mengejar Dolar”, Tapi Jangan Lupa Nilai
Kita nggak menyalahkan siapa-siapa, toh semua orang berhak cari rezeki. Tapi mari jujur, ada bedanya antara content creator dan content spammer. Yang satu menciptakan tontonan, yang lain hanya mengisi space kosong di internet.
Kalau niatnya cari duit dari konten, bagus. Tapi akan jauh lebih keren kalau dibarengi kualitas. Karena algoritma mungkin bisa dibohongi — tapi audiens? Lama-lama juga bosan kalau cuma disuguhi video masak mie instan dari 10 angle berbeda.
Meta mungkin ngasih panggung, tapi bukan berarti kita semua harus jadi figuran yang asal lewat. Yuk, jadi kreator yang beneran ‘kreatif’, bukan cuma ngejar monetisasi tapi juga punya misi dan karakter.























